TRIBUNPONTIANAKCO.ID - Artikel ini memuat aturan membuat tembang macapat termasuk informasi tentang apa itu tembang Macapat dan jenis-jenisnya. Dalam budaya Jawa ada satu diantara karya sastra
- Tembang adalah lirik atau sajak yang memiliki irama nada sehingga dalam bahasa Indonesia disebut sebagai lagu. Dikutip dalam Serat Kandha Suluk Tembang Wayang 2021 karya Bram Palgunadi, karya-karya sastra klasik Jawa dari masa Mataram Baru, umumnya ditulis dalam bentuk tembang macapat. Sebuah tulisan dalam bentuk prosa dalam bahasa Jawa disebut gancaran. Beberapa karya sastra Jawa yang ditulis dalam bentuk tembang macapat, misalnya Serat Wedha-Tama, Serat Wulang-Reh, dan Serat Kala-Tidha. Secara umum, tembang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu tembang cilik, tembang tengahan, dan tembang gedhe. Macapat termasuk dalam tembang cilik dan tembang tengahan. Berikut 11 jenis tembang Macapat, yakni Pangkur Dalam Serat Purwa-Ukara, Pangkur diberi arti bumtut atau ekor. Oleh karena itu, Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat 'tut pungkur' yang berarti mengekor. Sesuai sifat, karakter, atau wataknya, Tembang Pangkur lazim digunakan untuk menampilkan suasana saat seseorang berusaha memberikan nasehat kehidupan kepada orang lain, supaya orang tersebut mengikuti nasehat yang diberikan dan menempuk hidup yang baik. Contoh Tembang Pangkur Mingkar-mingkuring ukaraAkarana karenan mardi siwiSinawung resmining kidungSinuba sinukartaMrih kretarta pakartining ilmu luhungKang tumrap ing tanah jawaAgama ageing aji Baca juga Lagu Daerah Pengertian, Fungsi, dan Cirinya Maskumambang Maskumambang dapat berarti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucapkan mantra atau lafal dengan cara manembang, disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwa-Ukara, istilah maskumambang berarti ulam toya yang artinya ikan air tawar. Sehingga kadang-kadang diisyaratkan dnegan gabar atau lukisan ikan yang sedang berenang.
Tekspada tembang macapat berbentuk puisi, menggunakan bahasa Jawa baru yang diikat oleh persajakan meliputi guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan dan mengandung nada berbentuk lagu. agar nilai-nilai luhur yang dipesankan oleh para pujangga kita melalui teks macapat ini dapat direnungkan. Jenis Dan Makna Tembang Macapat. 1. MIJIL. Mijil

- Berikut ini penjelasan tentang apa itu Tembang Macapat dan jenis-jenisnya. Tembang Macapat merupakan warisan budaya Jawa yang memiliki aturan-aturan tertentu. Dikutip dari buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna yang ditulis Zahra Haidar 2018, tembang bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Sedangkan macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tertentu. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris guru gatra, jumlah suku kata guru wilangan, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris guru lagu. Baca juga Mengenal Peribahasa Pengertian Peribahasa, Jenis Peribahasa, dan Contoh-contohnya Pembacaan tembang macapat lebih diutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak tembang macapat yang dinyanyikan dengan menggunakan nada tertentu dengan diiringi alat musik tradisional seperti gamelan. 11 Jenis Tembang Macapat Maskumambang Mijil Sinom Kinanti Asmarandana Gambuh Dandanggula Durma Pangkur Megatruh Pucung Baca juga Terjemahan Resmi Pembukaan UUD 1945 dalam Bahasa Jawa Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu 11 Tembang Macapat Singkatnya, guru gatra adalah jumlah larik atau baris; guru wilangan adalah jumlah suku kata setiap barisnya; dan guru lagu adalah huruf vokal akhiran setiap barisnya. MaskumambangJumlah guru gatra 4Guru wilangan 12, 6, 8, 8 Guru lagu i, a, i, a, a MijilJumlah guru gatra 6Guru wilangan 10, 6, 10, 10, 6, 6 Guru lagu i, o, e, i, i ,u SinomJumlah guru gatra 9Guru wilangan 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 Guru lagu a, i, a, i, i, u ,a ,i, a KinanthiJumlah guru gatra 6Guru wilangan 8, 8, 8, 8, 8, 8, 8 Guru lagu u, i, a, i, a, i AsmarandanaJumlah guru gatra 7Guru wilangan 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8 Guru lagu a, i, e, a, a, u, a GambuhJumlah guru gatra 5Guru wilangan 7, 10, 12, 8, 8 Guru lagu u, u, i, u, o DandanggulaJumlah guru gatra 10Guru wilangan 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7 Guru lagu i, a, e, u, i, a, u ,a ,i, a DurmaJumlah guru gatra 7Guru wilangan 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7Guru lagu a, i, a, a, i, a, i PangkurJumlah guru gatra 7Guru wilangan 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8Guru lagu a, i, u, a, u, a, i MegatruhJumlah guru gatra 5Guru wilangan 12, 8, 8, 8, 8Guru lagu u, i, u, i, o PucungJumlah guru gatra 4Guru wilangan 12, 6, 8, 12 Guru lagu u, a, i, a Sumber Haidar, Zahra. 2018. Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna. Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Proses perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal digambarkan dalam sebelas tembang macapat atau disebut juga sekar alit/tembang alit," jelas Mbah Manyo seperti dikutip dari laman fk.ugm.ac.id, Sabtu (30/4/2021). Makna 11 tembang macapat. Berikut ini makna 11 tembang macapat yang disampaikan oleh Mbah Manyo, yakni: 1. Tembang Macapat – macapat adalah jenis lagu tradisional dari Jawa Tengah, Indonesia. Lagu ini memiliki sejarah panjang dan memegang peran penting dalam budaya masyarakat Jawa. Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang contoh macapat, mulai dari sejarah, cara bermain, hingga contoh-contoh lagu macapat. Sejarah Macapat Macapat berasal dari Jawa Tengah dan memiliki sejarah yang sangat panjang. Lagu ini dikenal sejak abad ke-15 dan mulai populer selama masa kerajaan Mataram. Lagu ini digunakan untuk berbagai acara, seperti upacara adat, hari raya, dan acara-acara sosial lainnya. Cara Bermain Macapat Macapat biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan. Lagu ini dibawakan dengan nada yang lembut dan harmonis, membuatnya sangat cocok untuk acara-acara sosial. Dalam bermain macapat, biasanya ada beberapa orang yang berkumpul dan memainkan alat musik bersama. Contoh Macapat Berikut adalah beberapa contoh lagu macapat Macapat Mijil Macapat Megatruh Macapat Maskumambang Macapat Laras Pamungkas Faqs Q Bagaimana cara memainkan macapat? A Macapat biasanya dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan. Dalam bermain macapat, biasanya ada beberapa orang yang berkumpul dan memainkan alat musik bersama. Q Apakah macapat hanya dimainkan di Jawa Tengah? A Tidak, meskipun macapat berasal dari Jawa Tengah, lagu ini juga dapat ditemukan di beberapa wilayah lain di Indonesia. Q Apakah macapat memiliki sejarah yang panjang? A Ya, macapat memiliki sejarah yang sangat panjang dan dikenal sejak abad ke-15. Kesimpulan Macapat adalah lagu tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Lagu ini memiliki sejarah panjang dan memegang peran penting
Th Pigeaud dalam “Literature of Java”-nya menyebut inti sebenarnya dari Serat Centhini adalah tembang mistik Islam Jawa yang berjudul “Suluk Centhini”. Para pakar kajian Jawa telah bersepakat bahwa serat ini masuk dalam kategori genre “suluk”, alias tembang mistis (tasawuf) Jawa. Bahkan dalam pengantar awal terbitan lengkapnya
Daftar Isi Pengertian Tembang Macapat 11 Macam Tembang Macapat 1. Maskumambang 2. Mijil 3. Kinanthi 4. Sinom 5. Asmarandana 6. Gambuh 7. Dhandhanggula 8. Durma 9. Pangkur 10. Megatruh 11. Pocung Solo - Tembang macapat merupakan suatu karya sastra Jawa berupa nyanyian yang disusun menggunakan suatu aturan tertentu. Tembang macapat seringkali dinyanyikan di dalam suatu pagelaran wayang kulit dan bahkan tembang macapat menjadi salah satu materi dalam kurikulum Bahasa macapat merupakan jenis tembang yang sering digunakan dan diterapkan dalam kitab yang terbit pada masa Jawa Baru. Hingga saat ini, tembang macapat masih sering dilantunkan di dalam acara-acara di Jawa. Namun walaupun begitu, masih banyak anak muda yang tidak begitu mengenal karya sastra Jawa yang satu dari detikEdu 27/2/2023, tembang macapat adalah langgam dan bisa juga merupakan lagu dalam bentuk yang tidak lazim. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam tiap jumlah baris dan jumlah suku kata ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang biasa disebut guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Menurut Serat Mardawalagu yang dikarang oleh Ranggawarsita, macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya adalah melagukan nada keempat. Dahulu tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan macapat terdiri dari 11 jenis tembang yang di dalamnya berisi tentang perjalanan hidup manusia mulai dari lahir sampai mati. Berikut ini 11 macam tambang macapat lengkap dengan pengertian dan maknanya dikutip dari buku Belajar Bahasa Daerah Jawa untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD oleh Rian Damariswara 2020.11 Macam Tembang Macapat1. MaskumambangMaskumambang menceritakan tentang fase pertama kehidupan manusia yaitu pada saat masih berada di dalam kandungan. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, ketidakberdayaan, serta sikap cemas menghadapi MijilMijil melambangkan tentang suatu bentuk sebuah biji atau benih yang lahir ke dunia. Atau secara filosofis tembang ini menggambarkan tentang kelahiran manusia di dunia. Tembang Mijil memiliki watak pengharapan, belas kasih, dan ketabahan menjalani KinanthiTembang Kinanthi berasal dari kata kanthi yang berarti tuntunan. Tembang ini memiliki makna tentang pembentukan jati diri, cita-cita serta makna diri. Tembang Kinanthi memiliki watak penuh cinta kasih dan SinomSecara bahasa Sinom berarti daun muda. Atau memiliki makna yaitu penggambaran masa muda manusia yang sedang tumbuh dan berkembang. Tembang Sinom memiliki watak gembira dan AsmarandanaTembang Asmarandana adalah jenis tembang yang menceritakan kehidupan manusia ketika sedang kasmaran dengan lawan jenisnya. Makna dari tembang ini adalah tentang kisah cinta yang dialami anak muda yang sedang membara. Watak dari tembang Asmarandana adalah kasmaran, cinta kasih, sedih dan GambuhTembang Gambuh menceritakan tentang bagaimana menjalin hubungan antar manusia. Selain itu tembang ini juga mengajarkan kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Tembang Gambuh juga banyak menceritakan tentang kebersamaan, toleransi, dan juga rasa persaudaraan. Watak dari tembang Gambuh adalah ramah kepada siapa pun serta menjalin persaudaraan yang DhandhanggulaTembang Dhandhanggula memiliki makna pengungkapan cita-cita dan harapan kepada manusia. Tembang ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Watak dari tembang Dhandhanggula yaitu kerja keras, kegigihan dan DurmaTembang Durma menggambarkan sifat dan karakter manusia yang sedang lalai dan ingin menang sendiri. Masa tersebut biasanya dialami oleh manusia dewasa yang telah mampu mendapatkan kesuksesan dan kejayaan hidupnya. Tembang ini memiliki watak keras, sombong dan PangkurTembang Pangkur memiliki makna yaitu sebagai pengingat manusia untuk mengenang masa lalunya yang buruk dan mengajaknya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Pangkur berasal dari kata 'mungkur' yang berarti mundur, menjauhkan diri dan pergi. Tembang Pangkur memiliki watak gagah, bersemangat serta ketulusan hati yang MegatruhMegatruh berasal dari kata Bahasa Jawa yaitu 'megat' yang artinya berpisah dan 'ruh' yang artinya jiwa. Tembang Megatruh memiliki makna berpisah dengan jiwa lalu menuju alam keabadian. Watak tembang Megatruh adalah kesedihan yang mendalam dan PocungTembang Pocung berada di urutan terakhir dalam 11 fase tembang macapat. Tembang Pocung menceritakan tentang perjalanan hidup manusia yang paling akhir. Makna dari tembang ini adalah agar kita dapat selalu mengingat kematian. Watak dari tembang Pocung yaitu berisi nasehat dan itu dia 11 macam tembang macapat Jawa lengkap dengan pengertian dan maknanya. Semoga bermanfaat, Lur!Artikel ini ditulis oleh Talita Leilani Putri peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Simak Video "Siap-siap "War" Tiket Indonesia Vs Argentina Segera Dimulai" [GambasVideo 20detik] aku/rih MacapatJawa merupakan salah satu karya sastra yang masih dilestarikan hingga sekarang. Lirik-lirik macapat Jawa disebut dengan tembang dan digunakan orang tua untuk menidurkan anaknya. Bahkan macapat Jawa digunakan oleh orang-orang Jawa dalam beberapa acara adat. Biasanya macapat Jawa dinyanyikan sesuai dengan susunan acara yang sedang Sejarah Tembang Macapat Tembang Macapat diperkirakan muncul pada masa akhir kekuasaan Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga di daerah Jawa Tengah. Berbeda dengan di Jawa Tengah, daerah Jawa Timur dan Bali lebih dulu mengenal karya sastra ini sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh terdapat sebuah teks dari Jawa Timur atau Bali yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe yang disebutkan telah selesai ditulis pada tahun 1334 M. Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai usia tembang Macapat, terutama hubungannya dengan serat Kekawin. Menurut Prijohoetomo macapat merupakan turunan kekawin dengan tembang gedhe sebagai perantara. Namun, pendapat tersebut disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder. Kedua pakar tersebut berpendapat bahwa macapat sebagai metrum puisi asli Jawa memiliki usia yang lebih tua dari kekawin. Macapat baru muncul setelah memudarnya pengaruh India. Struktur Aturan Tembang Macapat Syair Tembang Macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, yang setiap pupuhnya dibagi lagi menjadi beberapa pada. Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama yang biasanya tergantung pada watak atau isi teks yang diceritakan. Jumlah pada setiap pupuhnya berbeda-beda tergantung jumlah kalimat yang digunakan. Setiap pada dibagi ke dalam beberapa larik atau gatra. Dan setiap larik atau gatranya dibagi ke dalam beberapa suku kata atau wanda. Jadi, setiap gatra memiliki jumlah suku kata tetap dan berakhir pada vokal yang sama. Aturan perihal penggunaan jumlah suku kata dalam setiap gatra atau larik ini disebut dengan istilah guru wilangan. Sementara itu aturan perihal penggunaan vokal akhiran pada setiap gatra atau larik disebut dengan istilah guru lagu. Jadi secara rinci dapat di simpulkan sebagai berikut ini. Guru Gatra yaitu banyaknya jumlah baris larik dalam setiap baitnya. Guru Lagu yaitu bunyi vokal akhiran kata dalam setiap baris larik. Guru Wilangan yaitu banyaknya jumlah suku kata wanda pada tiap baris larik. Jumlah guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan tembang macapat berdasarkan metrumnya secara rinci pada tabel berikut ini. Terdapat 11 macam tembang macapat yang dikenal masyarakat Jawa. Setiap jenis tembang memiliki makna dan menggambarkan kehidupan manusia mulai dari alam ruh sampai meninggalnya manusia. Penjelasan makna tembang dan watak tembang macapat tersebut adalah sebagai berikut ini. 11 Macam Tembang Macapat dan Contohnya 1. Tembang Maskumambang 2. Tembang Mijil Tembang Mijil berasal dari kata "Wijil, Wiyos, Raras" dalam bahasa Jawa yang artinya keluar. Tembang Mijil ini menggambarkan awal lahirnya manusia ke alam dunia. Tembang Mijil ini menjadi tembang ke dua setelah Maskumambang yang bermakna janin atau jabang bayi dalam kandungan ibunya. Kelahiran merupakan sebuah perjuangan seorang ibu dimana ia memperjuangkan dua nyawa sekaligus, dirinya dan nyawa anaknya. Seberat apapun perjuangan tersebut didalamnya terdapat cinta dan harapan dari seluruh keluarga. Cemas dan bahagia selalu meliputi dalam penantian kelahiran buah hati. Watak Tembang Mijil yaitu pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang cinta. Tembang Mijil digunakan sebagai media dalam memberikan nasihat, cerita cinta, pengharapan, dan ajaran tentang ketabahan dalam menjalani laku kehidupan. Tembang-tembang Mijil mencerminkan tentang perasaan kesedihan maupun kebahagiaan. Tembang Mijil memiliki Guru Gatra 6 baris setiap bait Artinya tembang Mijil ini memiliki 6 larik atau baris kalimat. Guru Wilangan Tembang Mijil yaitu 10, 6, 10, 10, 6, 6 Artinya baris pertama terdiri dari 10 suku kata, baris kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru Lagu Tembang Mijil yaitu i, o, e, i, i,u Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal o, dan seterusnya. Contoh Tembang Mijil 1 Wulang estri kang wus palakrami Lamun pinitados Amengkoni mring balewismane Among putra marusentanabdi Den angati-ati Ing sadurungipun Artinya Nasihat untuk wanita yang sudah berumah tangga Hendaknya dapat dipercaya Melindungi rumah tangganya Mengasuh anak, maru keluarga dan abdi Selalu berhati-hati Sebelum melakukan sesuatu. 2 Madya ratri kentarnya mangikis, Sira Sang lir sinom, Saking taman miyos butulane, Datan wonten cethine udani, Lampahe lestari, Wus ngambah marga Gung. Artinya Tengah malam suasana mencekam, Dia Sang pemuda, Dari taman keluar pintu belakang, Tidak ada yang menanyai, Perjalanannya selamat, Sudah sampai jalan besar. Contoh Video Penyajian Tembang Mijil 3. Tembang Kinanthi 4. Tembang Sinom 5. Tembang Asmaradana 6. Tembang Gambuh 7. Tembang Dhandhanggula 8. Tembang Durma Tembang Durma berasal dari kata "Derma" dalam bahasa Jawa yang artinya suka memberi dan berbagi rejeki kepada orang lain. Bagi beberapa kalangan mengartikan Durma sebagai "munduring tata krama" mundurnya etika. Sifat-sifat buruk banyak digambarkan pada tembang macapat Durma. Watak Tembang Durma yaitu menggambarkan sifat amarah, berontak, dan semangat perang. Tembang Durma menggambarkan sifat manusia manusia yang cenderung egois, berbuat keburukan, dan ingin menang sendiri. Tembang Durma memiliki Guru Gatra 7 baris setiap bait Artinya tembang Durma ini memiliki 7 larik atau baris kalimat. Guru Wilangan Tembang Durma yaitu 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7 Artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris kedua berisi 7 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru Lagu Tembang Durma yaitu a, i, a, a, i, a, i Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal i, dan seterusnya. Contoh Tembang Durma Damarwulan tuhu prajurit utama, Tan apasah dening geni, Lah ta Damarwulan, Mara sira malesa, Tadhahana keris mami, Iya tibakna, Sayekti sun tadhahi. Langendriyan IV. 38 Artinya Damarwulan memang prajurit utama, Tidak mempan oleh api, Adalah Damarwulan, Datang segera balaslah, Terimalah keris saya, Iya jatuhkan, Sungguh saya terima. Contoh Video Penyajian Tembang Durma 9. Tembang Pangkur 10. Tembang Megatruh 11. Tembang Pocung Baca juga Macam-Macam Tembang Tengahan dan Contohnya Gamelan Jawa, Nama-Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya Demikian ulasan tentang "Tembang Macapat Sejarah, Struktur dan Contohnya" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel tembang macapat menarik lainnya di situs
Sebelastembang macapat ini sebenarnya jika dilihat dari makna filosofisnya memiliki makna yang saling berkesinambungan yakni ada unsur terbentuknya manusia di dunia, manusia berkembang hingga meninggalnya manusiapun tergambarkan dalam tembang macapat Jawa tersebut. Candi Hindu maupun Candi Buddha ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada
Macapat Jawa ꦩꦕꦥꦠ꧀ adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata guru wilangan tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.[1] Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali,[2] Sasak,[3] Madura,[4][5] dan Sunda. Selain itu macapat juga pernah ditemukan di Palembang[6] dan Banjarmasin.[7] Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat membaca empat-empat, yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.[8] Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula.[8] Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga, tetapi hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah.[9] Sebab, di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam.[9] Karya-karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram Baru, pada umumnya ditulis menggunakan metrum macapat.[10] Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam 'daftar isi' saja.[10] Beberapa contoh karya sastra Jawa yang ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama,[11] Serat Wulangreh,[12] dan Serat Kalatidha.[13] Anak-anak dari Pasinaon Omah Kendheng membawakan macapat pada Festival Cipta Media Ekspresi di Taman Budaya Yogyakarta. Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga kategori tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhé.[14] Macapat digolongkan kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan, sementara tembang gedhé berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno, tetapi dalam penggunaannya pada masa Mataram Baru, tidak diterapkan perbedaan antara suku kata panjang ataupun pendek.[14] Di sisi lain tembang tengahan juga bisa merujuk kepada kidung, puisi tradisional dalam bahasa Jawa Pertengahan.[15] Kalau dibandingkan dengan kakawin, aturan-aturan dalam macapat berbeda dan lebih mudah diterapkan menggunakan bahasa Jawa karena berbeda dengan kakawin yang didasarkan pada bahasa Sanskerta, dalam macapat perbedaan antara suku kata panjang dan pendek diabaikan.[14]
ArtiTembang Macapat Maskumambang. Secara arti, maskumambang berasal dari dua kata yang berbeda yakni mas dan kumambang. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “emas terapung”. Selain maskumambang, tembang macapat tahap pertama ini juga sering disebut sebagai tembang macapat maskentir. Artinya “emas terhanyut”.
Ilustrasi pengertian tembang macapat. Foto Unsplash. Apa Itu Tembang Macapat?Ilustrasi membawakan tembang macapat Foto Dok Diskominfo Jawa TengahJenis Tembang MacapatIlustrasi macam-macam tembang macapat. Foto Apa Saja Contoh Tembang Macapat?Ilustrasi contoh tembang macapat. Foto Flicker. Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi 12iEnggal tulungana 6aAwakku kecemplung warih 8iGulagepan wus meh pejah 8oDedakane guna lawan sekti 10iKudu andhap asor 6oWani ngalah dhuwur wekasane 10eTumungkula yen dipundukani 10iBapang den simpangi, 6iana catur mungkur 6oKukusing dupa kumelun 8uNgeningken tyas kang apekik 8iKawengku sagung jajahan 8aNanging saget angikipi 8iSang resi kaneka putra 8aKang anjog saking wiyati 8iAnoman malumpat sampun 8uPrapteng witing nagasari 8iMulat mangandhap katingal 8aWanodya yu kuru aking 8iGelung rusak wor lan kisma 8aKang iga-iga kaeksi 8iLumrah tumrap wong ngaurip 8iDumunung sadhengah papan 8aTan ngrasa cukup butuhe 8eNgenteni rejeki tiba 7aLamun tanpa makarya 8aSengara bisa kepthuk 8uKang mangkono bundhelana 8aLan sembah sungkem ipun 7uMring Hyang Sukma elinga sireku 10uApan titah sadaya amung sadermi 12iTan welangsira andhaku 8uKabeh kagungan Hyang Manon. 8oSinengkuyung sagunging prawali 10iJanma tuhu sekti mandra guna 10aWali sanga nggih arane 8eDhihin Syeh Magrib tuhu 7uSunan ngampel kang kaping kalih 9iTri sunan bonang ika 7aSunan giri catur 6uSyarifudin sunan drajat 8aAnglenggahi urutan gangsal sayekti 12 iIku ta warnanira 7aAyo kanca gugur gunung bebarengan 12aAja ana kang mangkir 7iAmrih kasembadan 6aTujuan pembangunan 7aPager apik dalan resik 8iLatar gumelar 5aWisma asri kaeksi 7iMuwah ing sabarang karya 8aIngprakara gedhe kalawan cilik 11iPapat iku datan kantun 8uKanggo sadina-dina 7aLan ing wengi nagara miwah ing dhusun 8iKabeh kang padha ambegan 5aPapat iku nora lali 7iKabeh iku mung manungsa kang pinujul 12uMarga duwe lahir batin 8iJroning urip iku mau 8uIsi ati klawan budi 8iIku pirantine ewong 8oNgelmu iku kelakone kanthi laku 12uLekase lawan kas 6aTegese kas nyantosani 8iSetya budya pengekesing dur angkara 12a
  1. Οտ оծዘпр
    1. Воኦ ιстиጢ ጌноዢ
    2. Ерси ևվаψι
  2. М ዥխዕաй еηυኙупрቭху
    1. ԵՒ θцутቆц зящи οзθզутοվ
    2. Հоп о ዐглιሆուφаֆ οእխнтθደи

Selanjutnyapada bulan Maret 1996 nama sanggar Puri Bakti berubah nama menjadi Sasana Gebyar Seni dengan mengembangkan materi kegiatan yaitu Pedalangan dan Tembang Macapat. Dari kegiatan ini terlahirlah theatrikal Macapat dan Pedalangan Macapat. Hingga sekarang organisasi tersebut masih aktif dengan beberapa anggota yang sudah tua-tua.

Ilustrasi Aturan Tembang Macapat. Foto dok. Patrick Tomasso UnsplashTembang macapat adalah salah satu jenis karya sastra tradisional yang ada di Indonesia. Pembahasan mengenai soal “sebutkan aturan tembang macapat” yang disajikan dalam artikel ini dapat membantu Anda dalam mengenal aturan yang berlaku dalam tembang memiliki aturan khusus dalam penyusunannya, tembang macapat juga memiliki keunikan dari jenis-jenisnya. Ulasan tentang aturan tembang macapat beserta jenis-jenisnya ini dapat memperkaya wawasan mengenai karya sastra yang ada di Aturan Tembang Macapat Lengkap dengan Ragam JenisnyaIlustrasi Aturan Tembang Macapat. Foto dok. Aaron Burden UnsplashKeragaman karya sastra yang ada di Indonesia merupakan salah satu bukti kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Salah satu karya sastra yang ada di Indonesia adalah tembang macapat. Tembang macapat merupakan salah satu tembang atau puisi tradisional yang berasal dari macapat ini juga dikenal memiliki beberapa baris kalimat khusus yang disebut dengan istilah gatra. Penjelasan lengkap mengenai apa itu tembang macapat dipaparkan secara rinci dalam buku berjudul Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar yang disusun oleh Endang Sri Maruti, 2015133.Dikutip dari dalam buku tersebut bahwa tembang macapat adalah sebuah bentuk puisi jawa tradisional dengan beberapa aturan tertentu seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Guru gatra adalah jumlah baris di setiap bait tembang. Guru wilangan adalah jumlah suku kata di setiap baris tembang. Sedangkan guru lagu adalah bunyi vokal di setiap akhir macapat dapat diartikan sebagai maca papat-papat yang berarti membaca empat-empat ini dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Sunda bahkan Palembang. Tembang macapat yaiku memiliki beberapa jenis metrum. Secara garis besar terdapat lima belas jenis metrum. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Pembahasan mengenai aturan tembang macapat dijelaskan dalam buku berjudul Belajar Bahasa Daerah Jawa Untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD yang ditulis oleh Rian Damariswara 2020 128. Tertulis dalam buku tersebut bahwa aturan yang mengikat dalam tembang macapat antara lain guru lagu, guru gatram dan guru wilangan. Guru lagu adalah suara vokal pada akhir baris a, i, u, e, dan o. Sedangkan guru gatra adalah jumlah baris pada bait. Dan guru wilangan adalah jumlah suku kata pada setiap memiliki aturan khusus tembang macapat juga memiliki keunikan dengan adanya keragaman jenis tembang. Berikut ini adalah jenis tembang macapat baik dari jenis metrum tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhéDemikian pembahasan mengenai aturan tembang macapat beserta jenis-jenisnya yang menarik untuk diketahui. DAP
Bagigenerasi saat ini, macapat, atau yang dikenal sebagai tembang atau puisi tradisional Jawa mungkin masih asing di telinga mereka. Namun jika kesenian kuno ini – Tembang Macapat adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat kaya dan menarik untuk dipelajari. Macapat adalah seni suara tradisional Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap baitnya. Tembang ini mengandung banyak makna dan filosofi yang sangat dalam, sehingga menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Lagu Macapat memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap baitnya. Setiap bait memiliki aturan penulisan yang ketat, baik dari segi jumlah suku kata, jumlah baris, maupun pola irama yang digunakan. Selain itu, juga mengandung banyak makna dan filosofi yang sangat dalam, sehingga menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Tembang Macapat memiliki banyak penggemar dan pemain yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, mendapatkan pengakuan internasional, terbukti dengan dijadikannya Macapat sebagai Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Dunia oleh UNESCO pada tahun 2009. Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang Tembang Macapat, mulai dari sejarahnya, jenis-jenisnya, makna dan filosofi di baliknya, keindahan dan estetika, hingga contohnya yang terpopuler. Yuk, mari kita mengenal lebih dekat tentang kekayaan budaya Indonesia yang satu ini! Daftar isi artikelPengertian Tembang MacapatAturan penulisan dan karakteristik Tembang MacapatMengapa Tembang Macapat penting untuk dipelajari?Sejarah Tembang MacapatAsal-usul Tembang MacapatPerkembangan Tembang Macapat dari masa ke masaTokoh-tokoh penting dalam dunia Tembang MacapatJenis-Jenis Tembang MacapatMakna dan Filosofi di Balik Tembang MacapatFilosofi dalam Tembang MacapatSimbol-simbol penting dalam Tembang MacapatKeindahan dan Estetika Tembang MacapatKarakteristik Tembang Macapat yang membuatnya indahKonsep keindahan dalam Tembang MacapatKeunikan Tembang Macapat dalam seni musik tradisional JawaContoh Tembang MacapatPentingnya Tembang Macapat untuk dijaga dan dipelajariKesimpulan Pengertian Tembang Macapat Tembang Macapat adalah salah satu bentuk sastra lisan yang berasal dari Jawa, terdiri dari sejumlah puisi yang diucapkan dengan irama dan laras nada tertentu. Tembang ini sering digunakan dalam pertunjukan seni tradisional Jawa seperti wayang dan gamelan. Sering juga digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan agama kepada masyarakat. Secara etimologis, kata “tembang” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “lagu” atau “puisi”. Sedangkan kata “macapat” berasal dari kata “cap” yang berarti “jumlah” atau “angka”. Sehingga Tembang Macapat dapat diartikan sebagai “puisi yang dihitung”. Tembang ini memiliki banyak variasi, baik dari segi irama, melodi, maupun lirik. Setiap jenisnya memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda. Tembang ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai salah satu bentuk sastra lisan yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini. Aturan penulisan dan karakteristik Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki aturan penulisan yang khas dan juga memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis puisi atau sajak lainnya. Berikut ini adalah beberapa aturan penulisan dan karakteristiknya Menerapkan aturan aksara Jawa ditulis dengan menggunakan aksara Jawa, sehingga memiliki tampilan yang khas dan membutuhkan keahlian khusus dalam membacanya. Menggunakan jumlah baris dan suku kata tertentu memiliki jumlah baris dan suku kata yang sudah ditentukan, yaitu guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Menggunakan bahasa Jawa kuno ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno yang memiliki kosakata khas dan tidak lagi digunakan dalam bahasa Jawa modern. Menggunakan kata ganti orang ketiga selalu menggunakan kata ganti orang ketiga dalam penyampaiannya, sehingga memberikan kesan formal dan khas. Menyampaikan pesan moral dan agama sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan agama, sehingga memiliki karakteristik yang bernuansa keagamaan dan mengandung nilai-nilai moral yang baik. Mengandung filosofi kehidupan memiliki karakteristik yang mengandung filosofi kehidupan yang dalam, sehingga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi pembaca atau pendengarnya. Memiliki irama dan melodi khas memiliki irama dan melodi khas yang membedakannya dari jenis puisi atau sajak lainnya, sehingga dapat dinyanyikan atau diiringi dengan alat musik tradisional. Itulah beberapa aturan penulisan dan karakteristik Tembang Macapat yang membuatnya memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Dengan memahami aturan penulisan dan karakteristiknya, kita dapat lebih mengapresiasi keindahan seni sastra Jawa dan warisan budaya Indonesia yang berharga. Pelajari juga 3 Tembang Jawa Jenis, Watak, Sasmita, lan Tuladha yang harus Anda ketahui Mengapa Tembang Macapat penting untuk dipelajari? Tembang Macapat merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan filosofis yang sangat tinggi. Tembang ini memiliki banyak makna dan pesan yang terkandung di dalamnya, sehingga tidak hanya sekadar lagu atau musik semata, melainkan juga sarana untuk memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan, agama, etika, dan nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Dengan mempelajarinya, kita dapat mengenal lebih dekat tentang kebudayaan Jawa, mengapresiasi seni musik tradisional, serta memahami makna dan filosofi di balik setiap baitnya. Selain itu, dengan mempelajari, kita juga turut berkontribusi dalam melestarikan budaya Indonesia yang kaya dan indah. Tembang Macapat juga dapat menjadi salah satu media untuk memupuk rasa nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Melalui tembang ini, kita dapat mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia internasional dan mempererat hubungan antarbangsa. Dengan begitu, kita tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang kebudayaan Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari upaya kita untuk melestarikan warisan budaya Indonesia yang membanggakan. Tembang Macapat memiliki sejarah yang sangat panjang dan kaya. Menurut catatan sejarah, tembang ini pertama kali muncul pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Pada masa itu, digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha kepada masyarakat. Selama masa penjajahan Belanda, sempat mengalami penurunan popularitas, karena dianggap sebagai musik yang ketinggalan zaman dan hanya dimainkan oleh kalangan tertentu saja. Namun, pada masa pergerakan nasional, Macapat kembali diangkat sebagai simbol kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah pun semakin gencar dalam melestarikan dan mengembangkan seni musik tradisional Indonesia, termasuk Macapat. Bahkan, pada tahun 2009, diakui sebagai Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Dunia oleh UNESCO, sebagai bentuk pengakuan atas kekayaan budaya Indonesia yang sangat berharga. Sekarang, Tembang Macapat terus hidup dan berkembang di masyarakat, dengan banyaknya pelaku seni yang terus memainkan dan menyebarkannya ke seluruh Indonesia dan bahkan ke mancanegara. Dengan demikian, tembang ini tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Asal-usul Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki asal-usul yang cukup kompleks dan masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli musik. Beberapa teori mengatakan bahwa tembang ini berasal dari musik Jawa kuno, sementara yang lain mengatakan bahwa tembang tersebut memiliki pengaruh dari musik India dan Cina. Menurut catatan sejarah, Macapat pertama kali muncul pada masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Pada masa itu digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha kepada masyarakat. Bahkan, ada beberapa teori yang mengatakan awalnya digunakan sebagai media untuk mengajarkan ajaran-ajaran keagamaan kepada para raja dan bangsawan di Kerajaan Majapahit. Namun, ada juga teori yang mengatakan bahwa Macapat berasal dari musik Jawa kuno yang sudah ada sejak jaman Kerajaan Mataram Kuno. Tembang ini kemudian berkembang di Kerajaan Majapahit dan mengalami beberapa perubahan hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Meskipun masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli musik, yang pasti adalah Tembang Macapat merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Perkembangan Tembang Macapat dari masa ke masa Perkembangan Macapat dari masa ke masa sangat dipengaruhi oleh perubahan zaman dan budaya di Indonesia. Pada awalnya, Macapat digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha di Kerajaan Majapahit. Namun, seiring berjalannya waktu, tembang ini mulai digunakan dalam berbagai acara adat seperti pernikahan, upacara kematian, dan lain-lain. Pada masa kolonial Belanda, Macapat mengalami sedikit penurunan popularitasnya karena pemerintah kolonial tidak memperhatikan dan menghargai seni budaya tradisional Indonesia. Namun, setelah Indonesia merdeka, kembali diangkat dan dilestarikan oleh para seniman dan budayawan. Selama periode Orde Baru, Macapat kembali mengalami masa kejayaannya dan banyak digunakan dalam acara-acara resmi pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu, popularitasnya kembali menurun dan hanya dijadikan sebagai salah satu hiburan tradisional. Namun, saat ini, Tembang Macapat mulai mendapatkan perhatian kembali dari masyarakat Indonesia. Banyak seniman dan budayawan yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkannya dengan cara yang lebih modern dan kreatif. Bahkan, juga mulai digunakan sebagai media pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai budaya kepada masyarakat. Perkembangan tembang ini dari masa ke masa menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Tembang ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Tokoh-tokoh penting dalam dunia Tembang Macapat Dalam dunia tembang, terdapat beberapa tokoh penting yang berjasa dalam melestarikan dan mengembangkan Tembang Macapat hingga saat ini. Salah satu tokoh penting tersebut adalah Soedarsono, seniman sekaligus peneliti musik Jawa yang banyak berkontribusi dalam mengembangkannya melalui penelitian dan pengajaran. Selain itu, Ki Nartosabdho juga merupakan tokoh penting. Ia dikenal sebagai salah satu seniman wayang kulit terkemuka di Indonesia yang sering menggunakan Macapat dalam pertunjukannya. Ia juga turut melestarikannya melalui pengajaran dan publikasi buku-buku. Tak hanya itu, Slamet Gundono juga merupakan tokoh penting dalam dunia Macapat. Ia merupakan seorang seniman yang memadukan Macapat dengan musik kontemporer dan berhasil menciptakan lagu-lagu yang modern namun tetap mempertahankan nuansa klasik Tembang Macapat. Selain ketiga tokoh di atas, masih banyak lagi tokoh penting lainnya, seperti Ki Manteb Soedharsono, Ki Enthus Susmono, dan lain-lain. Semua tokoh tersebut memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkannya sehingga tetap dapat dinikmati oleh masyarakat hingga saat ini. Pelajari juga 4 jenis Sekar di Bali lengkap dengan jenis dan contohnya Jenis-Jenis Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Berikut adalah beberapa jenis Macapat yang populer di Jawa Maskumambang Mijil Sinom Asmaradana Kinanthi Gambuh Pangkur Durma Megatruh Pucong Dhandhanggula Itulah beberapa jenis Tembang Macapat yang populer di Jawa. Setiap jenis memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi pendengarnya. Makna dan Filosofi di Balik Tembang Macapat Tembang Macapat selain dikenal dengan melodi dan bait-baitnya yang indah, juga memiliki makna dan filosofi yang dalam. Setiap tembang memiliki tema dan pesan yang berbeda-beda yang dapat diambil hikmahnya oleh pendengarnya. Beberapa macapat, seperti “Gambuh”, mengandung makna tentang keindahan alam dan cinta kasih. Sementara itu, tembang “Pangkur” mempunyai pesan tentang kebijaksanaan dan kearifan dalam bertindak. Tembang “Sinom” juga mempunyai makna yang dalam tentang kerendahan hati dan keikhlasan dalam beribadah. Selain makna, juga mengandung filosofi yang mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa. Misalnya, aturan penulisan yang mengikuti struktur watak aksara Jawa, mencerminkan adanya penghormatan terhadap budaya dan tradisi Jawa. Dalam Macapat juga terdapat penggunaan bahasa Jawa kuno yang memberikan kesan klasik dan kearifan lokal yang kental. Hal ini menunjukkan bahwa tembang ini bukan hanya merupakan karya seni yang indah, tetapi juga menjadi bagian penting dari warisan budaya Jawa yang patut dilestarikan. Maka dari itu, mempelajari Macapat bukan hanya sekedar mengapresiasi keindahan seni, tetapi juga dapat memperkaya pengetahuan tentang budaya Jawa dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Filosofi dalam Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Secara umum, filosofi yang terkandung berkaitan dengan ajaran agama, moralitas, etika, kebijaksanaan, serta nilai-nilai kehidupan yang luhur. Salah satu filosofi yang terdapat dalam Macapat adalah mengenai kebijaksanaan dalam hidup. Beberapa tembang seperti “Asmaradana” dan “Sinom” mengajarkan tentang pentingnya memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga kesopanan dan menghargai nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin pada beberapa tembang seperti “Dhandhanggula” dan “Pocung”. Selain itu, filosofi yang terkandung juga berkaitan dengan ajaran agama. Beberapa tembang seperti “Durma” dan “Dumadi” mengajarkan tentang pentingnya mengabdikan diri kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama dengan baik, juga mengajarkan tentang pentingnya hidup dengan penuh cinta kasih dan menghargai sesama manusia, seperti terlihat pada tembang “Kinanthi”. Dalam Macapat juga terkandung filosofi tentang kehidupan alam. Beberapa tembang seperti “Gambuh” dan “Megatruh” mengajarkan tentang keindahan alam dan pentingnya menjaga kelestariannya. Secara keseluruhan, Macapat memiliki banyak filosofi yang dapat diambil sebagai pedoman hidup yang baik. Melalui makna dan filosofi yang terkandung dalam tembang ini, kita dapat belajar untuk hidup dengan bijaksana, berakhlak mulia, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang luhur. Simbol-simbol penting dalam Tembang Macapat Tembang Macapat selain memiliki filosofi yang mendalam, juga memiliki simbol-simbol penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tembang tersebut. Simbol-simbol tersebut seringkali digunakan melalui bahasa yang digunakan, sehingga memperkaya makna dari setiap kata dan kalimat yang digunakan. Salah satu simbol penting adalah penggunaan istilah-istilah alam dan lingkungan sekitar. Contohnya adalah penggunaan kata-kata seperti “sari” yang melambangkan keasrian dan keharuman bunga, atau kata “rara” yang merujuk pada keindahan. Penggunaan simbol-simbol alam ini menggambarkan kekaguman dan penghormatan manusia terhadap alam dan lingkungannya. Selain itu, juga menggunakan simbol-simbol keagamaan. Hal ini terlihat dari penggunaan kata-kata seperti “Nur” yang berarti cahaya Tuhan, atau “Ningrat” yang merujuk pada keagungan Tuhan. Simbol-simbol keagamaan ini menggambarkan rasa kagum dan takjub manusia terhadap kebesaran Tuhan. Tidak hanya itu, Macapat juga menggunakan simbol-simbol sosial dan kultural. Misalnya penggunaan kata-kata seperti “ratu” atau “permaisuri” yang melambangkan kedudukan dan kehormatan seorang wanita, atau penggunaan kata-kata seperti “gusti” yang melambangkan kebesaran dan kekuasaan. Simbol-simbol ini menggambarkan budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat pada masa lampau. Secara keseluruhan, simbol-simbol dalam Macapat menggambarkan kekayaan nilai dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa lampau. Penggunaan simbol-simbol ini juga menunjukkan kearifan dan kebijaksanaan para leluhur dalam menghayati makna kehidupan dan lingkungan sekitar. Keindahan dan Estetika Tembang Macapat Tembang Macapat selain memiliki makna filosofis dan simbolis, juga memiliki keindahan dan estetika yang unik. Puisi-puisi yang ditulis dengan bahasa Jawa yang indah dan kaya, sehingga membentuk gambaran atau imaji yang indah dalam pikiran pendengarnya. Keunikan dari segi musik dan irama juga terdapat dalam tembang ini. Macapat biasanya dinyanyikan dengan iringan gamelan, yang memberikan keindahan tersendiri bagi pendengarnya. Penggunaan alat musik seperti gong, kendang, dan suling menghasilkan harmoni yang menenangkan dan menyegarkan. Tembang ini juga memiliki unsur kearifan lokal, dimana lirik-liriknya menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa kuno dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat tersebut. Hal ini membuat menjadi lebih berarti dan bernilai, karena selain sebagai seni, Macapat juga sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan. Dalam mempelajarinya, kita akan merasakan keindahan dan estetika dari puisi dan musiknya, serta mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang kearifan lokal masyarakat Jawa kuno. Oleh karena itu, belajar Tembang Macapat bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman budaya kita. Karakteristik Tembang Macapat yang membuatnya indah Tembang Macapat adalah jenis sastra lisan yang memiliki ciri khas tersendiri. Karakteristiknya yang membuatnya indah antara lain adalah keindahan bunyi dan irama, serta pemilihan kata-kata yang tepat untuk menciptakan makna yang mendalam. Tembang ini juga memiliki kebebasan dalam penggunaan bahasa, sehingga memungkinkan penulisnya untuk memadukan berbagai dialek dan kosakata daerah yang berbeda untuk menciptakan keindahan tersendiri. Selain itu, juga memiliki unsur estetika yang tinggi, baik dari segi penampilan maupun pelantunan. Penampilan tembang ini biasanya dibuat semeriah mungkin dengan mengenakan pakaian adat dan alat musik tradisional, sehingga menciptakan suasana yang khas. Sedangkan dalam pelantunan, memiliki aturan dan pola-pola yang sangat terstruktur, sehingga menciptakan keindahan yang teratur dan harmonis. Hal lain yang membuat tembang ini indah adalah makna-makna yang terkandung di dalamnya, mengandung banyak pesan moral dan filosofis yang mengajarkan kebaikan, kebijaksanaan, dan kearifan lokal. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui kata-kata yang indah dan penuh makna, sehingga menciptakan kesan yang mendalam bagi para pendengarnya. Konsep keindahan dalam Tembang Macapat Tembang Macapat dikenal memiliki keindahan tersendiri yang dapat dinikmati oleh pendengarnya. Konsep keindahannya meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah Bunyi dan irama memiliki irama yang khas dan dapat menenangkan hati pendengarnya. Bunyi dari setiap kata dan kalimat yang diucapkan memiliki keharmonisan yang dapat menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Bahasa dan makna Bahasa yang digunakan memiliki keindahan tersendiri. Setiap kata yang diucapkan memiliki makna yang mendalam dan dapat memberikan pelajaran hidup bagi pendengarnya. Penampilan dan gerak Selain melalui bunyi dan bahasa, keindahan juga dapat dilihat melalui penampilan dan gerakan yang dimiliki oleh para penampilnya. Busana yang digunakan dmemiliki unsur tradisional yang kental dan memberikan kesan elegan dan mewah. Keindahan bukan hanya dilihat dari satu aspek saja, melainkan merupakan gabungan dari beberapa aspek yang saling berinteraksi dan menghasilkan keharmonisan yang dapat menghipnotis pendengarnya. Hal ini membuat tembang ini menjadi seni yang sangat kaya dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Keunikan Tembang Macapat dalam seni musik tradisional Jawa Keunikan Tembang Macapat terletak pada ciri khas melodi, irama, dan liriknya yang mengandung makna filosofis dan menggambarkan keindahan alam serta kehidupan manusia. Salah satu keunikannya adalah penggunaan bahasa Jawa kuno dan aksara Jawa dalam penyajian liriknya. Hal ini memberikan kesan yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa. Selain itu, juga memiliki karakteristik irama yang khas, di mana irama dan melodi yang dipakai cenderung sederhana namun memiliki kekuatan yang mampu menyentuh perasaan pendengarnya. Keunikan dalam penyampaiannya yang dilakukan secara lisan dan bukan tertulis merupakan salah satu kelebihan. Hal ini membuat tembang ini lebih terasa hidup dan lebih mengena bagi pendengarnya. Dalam penyampaiannya, biasanya disajikan secara bergiliran antara pengiring dan penyanyi. Keunikan lainnya adalah liriknya yang memiliki makna filosofis. Liriknya mengandung pesan-pesan moral, nasihat, dan kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa metafora dan simbolisme yang halus. Melalui liriknya, Tembang Macapat mampu mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan sehari-hari. Dalam seni musik tradisional Jawa, Macapat juga memiliki peran yang sangat penting, digunakan dalam berbagai acara adat, upacara keagamaan, dan juga acara kesenian tradisional. Penggunaan dalam berbagai acara tersebut tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai wujud penghormatan dan pelestarian budaya Jawa yang kaya dan beragam. Dengan segala keunikan dan keindahan yang dimilikinya, Tembang Macapat merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa dan juga Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih dalam akan sangat membantu dalam melestarikan dan mengapresiasi seni musik tradisional Jawa yang unik ini. Pelajari juga 5 Contoh Tembang Pangkur Bawa dan Sindhenan Contoh Tembang Macapat Macapat adalah warisan budaya Jawa yang sangat kaya akan ragam jenis dan bentuknya. Di bawah ini adalah contoh Tembang Macapat lengkap dengan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan 1. Maskumambang guru gatra = 4, guru lagu= i, a, i, a, guru wilangan 12, 6, 8, 8 Kelek-kelek biyung sira ana ngendiInggal tulunganaAnakmu kecemplung warihGelagepan wus meh pejah 2. Pocung guru gatra = 4, guru lagu= u, a, i, a, guru wilangan = 12, 6. 8, 12 Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamunSemune ngaksamaSasamane bangsa sisipSarwa sareh saking mardi martatama 3. Gambuh guru gatra = 5, guru lagu= u, u, i, u, o, guru wilangan = 7, 10, 12, 8, 8_ Sekar gambuh ping caturKang cinatur polah kang kalanturTanpa tutur katula tula kataliKadaluwarsa katutuhKapatuh pan dadi awon 4. Megatruh guru gatra = 5, guru lagu= u, i, u, i, o, guru wilangan = 12, 8, 8, 8, 8 Aja sipat tan pegat siyang myang daluAmuwun ing ngarsa mamiNora pajar kang kinayunLah mara sira den aglisTutura mringjeneng ingong 5. Mijil guru gatra = 6, guru lagu = i, o, e, i, i, u, guru wilangan = 10, 6, 10, 10, 6, 6 Jalak uren mawurahan samiSamadya andon wohAmuwuhi malad wiyadineAna manuk mamatuk sasariAngsoka sulastriRuru karya gandrung 6. Kinanthi guru gatra = 6, guru lagu = u, i, a, i, a, i, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 8, 8 Padha gulangen ing kalbuIng Sasmita amrip lantipAja pijer mangan nendraIng kaprawiran den kaesthiPesunen sariniraSudanen dhahar lan guling 7. Asmaradana guru gatra = 7, guru lagu = i, a, e, a, a, u, a, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8 Aja turu sore kakiAna Déwa nganglang jagadNyangking bokor kencananéIsine donga tetulakSandhang kelawan panganYaiku bageyanipunWong melek sabar narima 8. Durma guru gatra = 7, guru lagu = a, i, a, a, i, a, i, guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7 Para siswa gatekno bab kang utamaPisan sholat lan ngajiNgabekti wong tuwaKang rukun marang kancaSabar nalika di ujiTansah nerimaNuju mulyane urip 9. Pangkur guru gatra = 7, guru lagu = a, i, u, a, u, a, i, guru wilangan = 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8 Mingkar mingkuring angkaraAkarana karenan mardi siwiMangka nadyan tuwa pikunYen tan mekani rasaYekti sepi sepa lir asepa samunSamangsane pakumpulanGonyak ganyuk nglelingsemi 10. Sinom guru gatra = 9, guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 Amengani jaman edanEwuh aya ing pambudiMelu edan nora tahanYen tan melu anglakoniBoya keduman melikKaliren wekassanipunDilalah kersa AllahBegja-begjane kang laliLuwih begja kang eling lawan waspada 11. Dhandhanggula guru gatra = 10, guru lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a, guru wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7 Yogyanira kang para prajuritLamun bisa samiya anuladhaDuk ing nguni caritaneAndelira sang PrabuSasrabau ing MaespatiAran Patih SuwandaLelabuhanipunKang ginelung tri prakaraGuna kaya purun ingkang den antepiNuhoni trah utama Pelajari juga Tembang Maskumambang lengkap dengan 11 contoh dan artinya Pentingnya Tembang Macapat untuk dijaga dan dipelajari Dalam sejarahnya, Tembang Macapat dianggap sebagai bentuk puisi tertua di Jawa yang memiliki banyak makna filosofis dan simbolis. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikannya sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Dalam mempelajari Macapat, kita dapat memahami filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kita juga dapat belajar tentang keindahan dan estetika musik tradisional Jawa. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan karya seni. Dengan mempelajari Tembang Macapat, kita juga dapat memahami sejarah dan perkembangan seni musik tradisional di Indonesia, serta memperkaya wawasan kita tentang budaya Indonesia. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk terus melestarikan dan mempelajarinya agar dapat dikenal oleh generasi-generasi selanjutnya dan menjadi bagian dari identitas budaya bangsa Indonesia. Pelajari juga Menelusuri Kesenian Tradisional Jawa Melalui Macapat Gambuh Kesimpulan Kesimpulannya, Tembang Macapat merupakan warisan budaya yang sangat penting untuk dilestarikan. Karena tembang ini memiliki sejarah dan filosofi yang dalam, serta memperlihatkan keunikan seni musik tradisional Jawa. Dalam Macapat terdapat berbagai jenis dan karakteristik yang perlu dipahami secara utuh. Penggunaan bahasa Jawa juga memperlihatkan kekayaan dan keindahan budaya Jawa. Dengan mempelajarinya, kita dapat lebih memahami keindahan seni budaya tradisional Indonesia dan memperkaya wawasan kita. Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Mengenal Tembang Macapat Sejarah, Makna, dan Keindahan, semoga menuai manfaat. Kunjungi terus untuk mendapatkan artikel terbaru seputar bahasa Jawa dan seni budaya, atau ikuti di Google News perkembanganmusik di Indonesia. Campursari adalah salah satu bentuk kreasi dikenal beberapa cengkok tembang macapat. Misalnya, dalam sekar sinom terdapat lagu grandhel, ginonjing, wenikenya,parijatha, dan logondang. Dalam tembang-tembang . Jawa dapat dibedakan menjadi sembilan, yaitu kakawin, kidung, tembal1g gedhe,.tembal1g tengahan Daftar Tembang Macapat Dan Maknanya – Dalam budaya Jawa ada salah satu karya sastra bernama tembang macapat yang sampai sekarang terus dilestarikan. Meskipun tidak sepopuler dahulu, ada beberapa orang Jawa yang masih menggunakan tembang macapat dalam acara-acara mereka. Ada 11 daftar tembang macapat dan maknanya yang berbeda-beda di setiap tembangnya. Nah jadi tembang macapat yang dibawakan disesuaikan dengan Susana acara yang sedang digelar. Jika Grameds tertarik mengenal dan belajar tembang macapat lebih jauh, maka wajib menyimak artikel ini. Mulai dari penjelasan pengertian, jenis, aturan, dan sejarah dari 11 daftar tembang macapat dan maknanya berikut ini Pengertian Tembang MacapatDaftar Tembang Macapat dan Maknanya1. Tembang Maskumambang- Janin2. Tembang Mijil- Terlahir3. Tembang Sinom- Muda Tembang macapat sinom menggambarkan pucuk atau yang baru tumbuh kemudian bersemi. Filosofi tembang macapat sinom ini adalah bermakna seorang remaja yang mulai tumbuh beranjak dewasa. Seorang remaja biasanya sedang mencari jati dirinya dan bertanya tentang dirinya sendiri, kemudian berusaha menemukan sosok panutan untuk dirinya. 4. Tembang Kinanthi- Dituntun5. Tembang Asmaradana- Api Asmara6. Gambuh- Sepaham Atau Cocok7. Tembang Dhandhanggula- Manisnya Kehidupan8. Tembang Durma- Memberi9. Tambang Pangkur- Menarik Diri10. Tambang Megatruh- Sakaratul Maut11. Tembang Pocung- KematianATURAN DAN STRUKTUR TEMBANG MACAPATSEJARAH TEMBANG MACAPAT1. Pendapat Peugeud2. Pendapat Purbatjaraka Dan Karseno Saputra3. Pendapat Zoetmulder4. Tedjohadi Sumarto5. Laginem Pengertian Tembang Macapat Tembang macapat adalah salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk tembang atau puisi tradisional Jawa. Hampir serupa dengan tembang jawa dalam kebudayaan Jawa, ada pula karya sastra yang serupa di daerah lain seperti Bali, Sasa, Sunda, dan Madura. Bahkan pernah juga ditemukan dalam kebudayaan Palembang dan Banjarmasin berupa karya sastra puisi daerah ini. Tembang macapat muncul sekitar akhir masa kepemimpinan kerajaan Majapahit dan mulai disebarkan dan dipopulerkan oleh Walisongo saat berdakwah agama. Tembang yang merupakan salah satu karya kesusastraan Jawa kuno di masa Mataram Baru biasanya ditulis menggunakan metrum macapat, yakni berbentuk prosa atau gancaran. Alias tidak dianggap sebagai karya sastra yang berdiri sendiri, melainkan diakui sebagai daftar isi saja. Contoh karya sastra berbahasa Jawa antara lain serat wulangreh, kalatidha, wedhatama, dan sebagainya. Kemudian puisi tradisional yang menggunakan bahasa Jawa terdiri dari tiga macam, yakni tembang cilik, tembang tengahan, dan tembang gedeh. Berdasarkan golongan macamnya tersebut, tembang macapat termasuk dalam tembang cilik dan tengahan. Macam tembang gedhe biasanya berkaitan dengan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno. Tembang macapat memiliki peraturan yang dalam penerapannya dibandingkan dengan tembang kakawin dan juga menggunakan bahasa Jawa yang lebih mudah. Tembang kakawin biasanya juga menggunakan bahasa jawa kuno yang kental dengan bahasa sansekerta. Sedangkan tembang macapat menggunakan bahasa Jawa yang tidak terlalu memperhatikan suku kata yang panjang dan pendek. Ada 11 tembang macapat yang masing-masing memiliki aturan dan makna yang berbeda-beda dalam pembentukan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagunya. Daftar tembang macapat ini memiliki makna yang sudah melekat pada kehidupan masyarakat, terutama orang-orang Jawa. Berikut ini 11 daftar tembang macapat dan maknanya yang perlu Grameds ketahui agar lebih memahami tahap-tahap kehidupan dalam budaya Jawa 1. Tembang Maskumambang- Janin Tembang maskumambang adalah salah satu jenis tembang macapat yang memiliki makna tentang perjalanan hidup manusia yang masih berwujud janin dalam kandungan ibunya. Tembang ini menunjukan belum adanya jati diri yang menunjukan akan terlahir sebagai seorang perempuan atau laki-laki. Tembang maskumambang berasal dari kata mas yang berarti emas, sesuatu yang sangat berharga yakni seorang anak yang berharga untuk orang tuanya dan kata kumambang yang artinya mambang atau mengambang. Yang dimaksud kumambang adalah kehidupan sang anak yang masih sangat bergantung pada ibunya di dalam Rahim dengan hidup didalamnya selama 9 bulan lamanya. Watak dan sifat rasa atau karakter dari tembang maskumambang adalah kesedihan, belas kasihan atau welas asih, dan kesusahan. Biasanya tembang ini digunakan untuk lagu yang bersisi tentang suasana duka dengan aturan tembang macapat nya 12i – 6a – 8i – 8o. 2. Tembang Mijil- Terlahir Tembang mijil memiliki makan filosofi yang melambangkan bentuk dari benih atau biji yang kemudian berhasil terlahir ke dunia. Tembang macapat mijil menjadi lambang permulaan dari kisah perjalanan hidup seseorang di dunia. Seseorang tersebut terlahir dengan sangat suci dan lemah sehingga masih memerlukan perlindungan. Tembang Macapat mijil juga dapat bermakna keluar yang berhubungan dengan kata wijil yang memiliki makna lawang atau juga dapat berarti nama jenis tumbuhan yang memiliki aroma wangi. Watak dan sifat rasa tembang mijil adalah mencerminkan keterbukaan seseorang yang tepat untuk memberikan nasehat, cerita, dan perihal asmara. Tembang Mijil memiliki struktur atau aturan kaidah 10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o. 3. Tembang Sinom- Muda Tembang macapat sinom menggambarkan pucuk atau yang baru tumbuh kemudian bersemi. Filosofi tembang macapat sinom ini adalah bermakna seorang remaja yang mulai tumbuh beranjak dewasa. Seorang remaja biasanya sedang mencari jati dirinya dan bertanya tentang dirinya sendiri, kemudian berusaha menemukan sosok panutan untuk dirinya. Tugas seorang remaja adalah menuntut ilmu dengan sebaik mungkin demi bekal kelak di masa depan. Sinom juga memiliki keterkaitan dengan kata sinoman yang berarti perkumpulan para pemuda untuk membantu orang yang sedang punya hajat. Sinom ini kemudian berkaitan dengan upacara anak anak pada zaman dahulu dan juga bisa merujuk pada daun dari pohon yang masih muda. Tembang sinom memiliki struktur atau aturan yang bercirikan memiliki 9 baris dengan setiap baitnya berguru lagu a, i, a, i, i, u, a, i dan a dan berguru wilangannya terdiri 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7 dan 8. 4. Tembang Kinanthi- Dituntun Tembang macapat kinanthi berasal dari kata kanthi yang artinya menuntun yang memiliki filosofi kehidupan yakni hidup dari seorang anak yang memerlukan tuntunan. Ia butuh pegangan dari orang lain agar bisa berjalan dengan baik dalam kehidupan ini. Yakni memahami berbagai macam adat maupun norma yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam lingkungan masyarakat dimana ia tumbuh. Tembang kinanthi memiliki watak yang menggambarkan perasaan bahagia , perilaku teladan yang baik, nasehat atau petuah-petuah, dan kasih sayang. Struktur atau aturan kaidah tembang kinanti adalah 8u, 8i, 8a, 8i, 8a dan 8i. 5. Tembang Asmaradana- Api Asmara Tembang Asmaradana berasal dari kata asmara yang artinya cinta kasih sehingga tembang ini memiliki makna yang mengisahkan gejolak asmara seseorang. Dalam kehidupan manusia memiliki perasaan dan emosi yang bisa dimabuk cinta dan tenggelam dalam lautan kasih. Perasaan cinta yang dimaksud tidak hanya kepada manusia saja, namun juga kepada sang pencipta, Rasulullah SAW, dan alam semesta. Watak atau karakter tembang asmaradana adalah menggambarkan asmara, cinta kasih, dan rasa pilu atau kesedihan. Tembang ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta, baik kebahagiaan sebagai pengharapan atau kesedihan karena patah hati. Struktur atau aturan kaidah tembang asmaradana adalah 8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a. 6. Gambuh- Sepaham Atau Cocok Tembang gambuh adalah tembang macapat yang berarti menghubungkan atau menyambungkan. Tembang gambuh memiliki makna untuk menyambungkan dan menjelaskan kisah hidup seseorang yang sudah mulai menemukan pujaan hatinya. Hubungan tersebut kemudian mampu dipertemukan keduanya untuk melangsungkan pernikahan dan akhirnya bisa menjalani hidup bersama sampai akhir hayat. Tembang gambuh memiliki sifat rasa yang biasa dipakai untuk suasana yang esti atau tanpa keraguan, maksudnya adalah kesiapan dan keberanian untuk maju ke medan yang itu watak atau karakter tembang gambuh adalah berhubungan dengan persahabatan dan keramahan yang menjelaskan kisah kehidupan manusia. Tembang gambuh memiliki struktur atau aturan kaidah 7u – 10u – 12i – 8u – 8o. 7. Tembang Dhandhanggula- Manisnya Kehidupan Tembang dhandhanggula berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita atau harapan. Kata gula bermakna manis, indah dan menyenangkan. Tembang ini memiliki makna sepasang kekasih yang memperoleh kebahagiaan setelah melewati suka duka bersama-sama untuk kemudian meraih cita-cita. Karakter atau watak tembang dhandhanggula adalah gembira, luwes, dan indah sehingga cocok untuk menunjukan kebaikan, rasa cinta, dan kebahagiaan. Struktur atau kaidah tembang ini adalah 10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a – 12i – 7a. 8. Tembang Durma- Memberi Berasal dari kata derma yang artinya suka memberi dan berbagi rezeki, tembang durma memiliki makna mundurnya tata krama atau etika seseorang dalam kehidupan. Tembang ini menggambarkan kisah manusia yang telah memperoleh kenikmatan dari tuhan dan berada dalam kondisi kecukupan yang seharusnya bersyukur dan berbagai. Tembang durma memiliki watak yang keras, tegas, dan penuh dengan gejolak amarah. Itulah sebabnya tembang ini tergambar semangat perang dan pemberontakan. Struktur atau aturan kaidah ttembang durma adalah 12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i. 9. Tambang Pangkur- Menarik Diri Berasal dari kata mungkur yang berarti pergi dan meninggalkan, tembang pangkur memiliki makna sebagai proses mengurangi hawa nafsu dan mundur dari urusan duniawi. Tembang ini mengisahkan tentang manusia yang memasuki usia senja dan saatnya untuk introspeksi diri dari masa lalu dan kepribadianya kepada tuhan. Karakter tembang pangkur adalah kuat, perkasa, gagah, berhati besar. Tembang ini memiliki aturan kaidah 8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i. 10. Tambang Megatruh- Sakaratul Maut Berasal dari kata megat roh yang artinya putusnya roh atau terlepas dari roh, tembang megatruh memiliki makna perjalanan manusia yang telah selesai di kehidupan dunia. Tembang ini menggambarkan kondisi manusia yang akan menghadapi sakaratul maut. Watak tembang megatruh adalah penyesalan, kesedihan, dan kedudukan dengan aturan kaidah 12u – 8i – 8u – 8i – 8o. 11. Tembang Pocung- Kematian Daftar tembang macapat yang terakhir adalah tembang pocung yang berasa dari kata pocong yang bermakna seseorang yang sudah tidak bernyawa atau meninggal yang kemudian dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Tembang ini menggambarkan bahwa setiap yang bernyawa akan kehilangan nyawanya dan menjeput ajalnya kepada kematian. Meskipun bermakna kematian namun tembang pocung memiliki watak yang jenaka atau lucu yang digunakan untuk menceritakan hal lelucon sebagai nasihat. Struktur atau aturan kaidah tembang ini adalah 12u – 6a – 8i – 12a. Baca juga Nama Tarian Daerah ATURAN DAN STRUKTUR TEMBANG MACAPAT Karya tradisional jawa ini memiliki aturan atau struktur tertentu yang menjadi ciri khas tembang macapat. Sebuah karya sastra tembang macapat biasanya memiliki beberapa pupuh yang setiap pupuh-nya terbagi lagi menjadi beberapa baik atau pada. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki rima tertentu setiap barisnya dan sejumlah suku kata. Setiap pupuh kemudian memiliki metrum yang sama yang tergantung pada watak isi teks yang diceritakan dalam tembang macapat tersebut. Jadi, setiap bait di tembang macapat memiliki struktur guru gatra yang didalamnya memiliki sejumlah guru wilangan dan diakhiri dengan guru lagu. Berikut ini penjelasan tentang struktur tembang macapat yang perlu Grameds ketahui Guru Gatra Banyaknya jumlah baris atau larik kalimat dalam satu bait tembang macapat Guru wilangan Banyaknya jumlah suku kata pada setiap baris atau larik kalimat Guru Lagu Bunyi vocal pada setiap sajak akhir yang ada di setiap baris atau larik kalimat SEJARAH TEMBANG MACAPAT Kemunculan tembang macapat memiliki catatan sejarah, meskipun belum ada penemuan yang pasti terkait munculnya tembang macapat pertama kali. Itulah sebabnya banyak versi dari sejarah tembang macapat seperti berikut ini 1. Pendapat Peugeud Kemunculan tembang macapat menurut Pegeud adalah pada akhir masa kerajaan Majapahit dan sejak adanya pengaruh dari pada walisongo. Pendapat Peugeud hanya merujuk pada kemunculan tembang macapat di Jawa Tengah saja karena sejarah tembang macapat di Jawa Timur dan Bali diperkirakan sudah ada sebelum kedatangan Islam. Hal tersebut dapat terlihat dari teks berjudul Kidung Ranggalawe dari Bali dan Jawa Timur yang selesai ditulis sekitar tahun 1334 masehi. Karya tersebut dikenal dari versi yang paling mutakhir dari Bali 2. Pendapat Purbatjaraka Dan Karseno Saputra Poerbatjaraka berpendapat bahwa tembang macapat pertama kali muncul bersama dengan syair Jawa Tengahan. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Karseno Saputra yang mengatakan demikian “Pola metrum yang digunakan tembang macapat sama dengan pola metrum tembang tengahan. Apabila tembang macapat tumbuh berkembang bersamaan dengan tembang tengahan, maka dapat diperkirakan bahwa tembang macapat telah lahir dikalangan Masyarakat penikmat karya sastra, setidak-tidaknya tahun 1541 masehi” Perkiraan tersebut berdasarkan tahun yang ada di Kidung Subrata dan Rasa Dadi Jalma, yakni 1643 atau 1541 masehi. Pada tahun tersebut telah hidup dan berkembang puisi berbahasa jawa kuno, jawa tengahan, dan jawa baru seperti kakawin, kidung, dan tembang macapat tersebut. 3. Pendapat Zoetmulder Zoetmulder berpendapat bahwa tembang macapat mulai muncul sesuai dengan perkiraan tahun yang ada pada Kidung Subrata di atas. Yakni muncul sekitar kurang lebih abad XVII dimana ada tiga bahasa jawa yang digunakan pada saat itu, yaitu jawa kuno, jawa tengahan, dan jawa baru. 4. Tedjohadi Sumarto Menurut Tedjo Hadi Sumarmo 1958 dalam Mbombong manah menunjukan bahwa tembang macapat mencakup 11 matrum yang diciptakan oleh Prabu Dewa Wisesa Pramu dari Banjarmasin di Segaluh 1191 tahun Jawa atau tahun 1279 masehi. 5. Laginem Merujuk pada Leginem 1996, tembang macapat tidak hanya ditulis oleh satu orang, melainkan oleh beberapa wali dan bangsawan sebagai berikut Sunan Giri Kedaton Sunan Giri Prapen Sunan Bonang Sunan Gunung Jati Sunan Mayapada Sunan Kali Jaga Sunan Drajat Sunan Kudus Sunan Geseng Sunan Bejagung Sultan Pajang Sultan Adi Eru Cakra Adipati Nata Praja Baca juga artikel terkait “Daftar Tembang Macapat dan Maknanya” Alat Musik Melodis Alat Musik Ritmis Alat Musik Tradisional dan Daerahnya Macam Alat Musik Modern dan Tradisional Jenis Genre Musik Lagu Persahabatan Terbaik Macam Genre Film Nah, itulah penjelasan tentang daftar tembang macapat dan maknanya yang perlu Grameds ketahui berkaitan dengan budaya Jawa. Apakah Grameds masih kesulitan membedakannya? Setiap tembang macapat di atas memang memiliki makna masing-masing yang mencerminkan kehidupan manusia, mulai dari lahir hingga kematian. Mengenal makna tembang macapat dapat membantu kita lebih mengenali dan memaknai filosofi kehidupan manusia yang sangat lekat dengan diri kita. Berdasarkan sejarah, tembang macapat memang menjadi karya sastra Jawa yang mengandung makna nasihat dan menjadi cara budaya mendidik peradabannya. Berbicara tentang budaya Jawa memang tidak ada habisnya dan banyak nilai-nilai filosofis di dalamnya yang terkadang sulit untuk didefinisikan. Jika Grameds tertarik mengenal dan belajar lebih dalam tentang tembang macapat dalam budaya Jawa maka bisa kunjungi koleksi buku Gramedia di Grameds akan memperoleh referensi buku yang bisa dipelajari dengan mudah mengenal budaya Jawa lebih luas lagi. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk menguasai tentang tembang macapat dalam budaya Jawa Selamat belajar. SahabatTanpabatas ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Selaindengan menggunakan gamelan dan wayang, Sunan Muria juga menciptakan berbagai tembang Jawa untuk menyampaikan dakwahnya. Ini juga yang menjadi salah satu metode dakwah Sunan Muria yang tidak bisa terlupakan. Tembang Jawa yang paling dikenal dari Sunan Muria adalah Macapat, Sinom, dan Kinanti.
Masih ingatkah Anda? Dulu, ketika kita masih Sekolah Dasar SD, kita pernah belajar Bahasa Jawa. Di dalam pelajaran tersebut salah satunya mengenai tembang macapat. Lalu, apa tembang macapat itu?Tembang berarti lagu atau puisi, sedangkan macapat berarti perjalanan hidup. Ya, tembang macapat adalah salah satu warisan budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan baik di lembaga sekolah maupun di ranah keluarga Tembang MacapatTembang macapat berasal dari suku Jawa. Menurut beberapa pendapat, tembang macapat ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Tepatnya di masa-masa akhir. Setelah itu, Islam kemudian datang dan diarransemen ulang para Walisongo untuk Tembang MacapatDari berbagai pendapat mengenai arti tembang macapat. Dapat disimpulkan bahwa tembang macapat adalah penggambaran proses kehidupan manusia dari mulai ditiupkannya ruh Illah sampai batas waktunya karena tembang macapat merupakan proses yang terjadi pada manusia, tembang ini berurutan dalam pengartian maknanya. Bisa dibilang, bila susunan tembang macapatnya kurang tepat, maka prosesnya pun kurang dalam tembang macapat, bukan hanya mendefinisikan proses terjadinya kehidupan manusia dari lahir sampai berakhir. Di dalam tembang tersebut juga dipaparkan mengenai watak dari tembang-tembang saja, watak tersebut menggambarkan fitrah manusia yang cenderung merasa bahagia, was-was, sedih dan segala perasaan tembang macapat pun bukan hanya menggambarkan suasana hati saja, namun di dalamnya juga terdapat banyak hikmah yang perlu dipetik bagi setiap Tembang MacapatNah, pada kesempatan kali ini, kami akan mengajak Anda untuk menyelami lebih dalam mengenai tembang macapat. Tembang yang di dalamnya terdapat petuah-petuah guna menjaga karakter keaslian prang Jawa yang mencintai kebijaksanaan, lembut, tegas dan ramah. Macapat macapat maskumbang merupakan tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia. Maskumambang melambangkan berawalnya ruh ditiupkan di dalam salah satu anugerah tak terkira. Ruh yang ditiupkan Illah adalah ruh-ruh pemenang. Sebelumnya, telah bertarung berbagai ruh untuk mendapatkan kesempatan hidup di bersyukurlah sebab kita semua saat ini adalah pemenang yang telah ditakdirkan oleh Allah sebagai khalifatullah fil Tembang Macapat MaskumambangSecara arti, maskumambang berasal dari dua kata yang berbeda yakni mas dan kumambang. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “emas terapung”. Selain maskumambang, tembang macapat tahap pertama ini juga sering disebut sebagai tembang macapat maskentir. Artinya “emas terhanyut”.Watak Tembang Macapat MaskumambangAdapun watak yang terdapat dalam tembang macapat maskumambang ini adalah ketidakberdayaan. Maksud dari ketidakberdayaan adalah ruh yang masih di dalam janin belum bisa melakukan aktivitas ketidakberdayaan juga menyiratkan bahwa sebelum ruh menggunakan jasa, manusia belum bisa banyak segi nasehatnya, tembang macapat maskumambang ini memberikan petuah kepada manusia hendaknya manusia sadar bahwa daya manusia memang kecil. Maka dari itu, hendaknyalah Allah menjadi tempat kebergantungan sebab kebergantungan kepada Allah adalah kekuatan yang inilah yang harus dimiliki setiap anak adam yang bila melanjutkan watak tembang macapat maskumambang adalah rasa harap-harap kebergantungan kepada Allah, harap-harap cemas akan hilang karena manusia sudah sadar semua hanyalah milik-Nya dan bisa kapan saja Tembang Macapat MijilFase dalam tembang macapat selanjutnya biasa disebut mijil. Fase ini adalah fase ketika anak manusia lahir ke dunia. Dalam istilah Jawa, tempat lahirnya disebut gua garba. Adapun istilah dasanamanya wijil ada wiyos, wijil, raras, medal, Tembang Macapat MijilArti tembang macapat ini adalah keluar. Dari dasanama di atas semua berarti keluar. Nah di sinilah penulis tekankan bahwa Jawa mempunyai banyak persamaan kata, bukan hanya sinonim, namun juga makna dari tembang macapat mijil ini meberitahukan kepada kita bahwa Allah-lah yang Maha Berkehendak. Dialah yang berkehendak setiap manusia lahir dari ayah ibu siapa. Anak adam tak bisa memilih dengan siapa ayah ibu yang kehendak manusia yang nihil, maka sepatutnyalah manusia taat kepada Allah dengan mematuhi segala perintahnya. Salah satunya bila mengambil contoh di atas adalah berbakti kepada kedua orang siapapun bapak ibu kita, dalam Jawa berbakti kepada orang tua menjadi sebuah keharusan. Siapa yang durhaka, maka akan mendapatkan hitamnya dosa dan Tembang Macapat MijilWatak tembang macapat sendiri adalah welas asih, laku prihatin, pengharapan dan nasehat penuh cinta. Watak welas asih merupakan watak lemah lembut kepada alam maupun kepada ini juga merupakan contoh telada Nabi dan jelas pula di perintahkan dalam Al Quran. Ya, berlemah lembut merupakan kunci mengapa orang Jawa selalu di terima di mana yang kedua adalah pengharapan. Harapanlan yang membuat bahagia. Dengan harapan, gairah hidup manusia akan senantiasa bertambah. Harapan-harapan inilah yang nantinya akan menghiasai perjalanan anak adam, akankah menagrah ke syurga atau ke watak selanjutnya adalah watak laku prihatin. Laku prihatin adalah mengkonsumsi sesuatu dengan secukupnya. Arti cukup sendiri bukan sejahtera, namun cukup di sini adalah kesederhaan dalam hal dari laku prihatin sendiri bila dikaitkan dengan pengharapan adalah sebuah usaha. So, semakin laku prihatin seseorang tinggi, maka akan semakin berhasil pula pengharapan yang selama ini didamba-dambakan.]3. Tembang Macapat selanjutnya dari tembang macapat adalah sinom. Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam tembang macapat yang mengarah pada masa orang tahu bahwa masa muda adalah masa produktif. Masa yang tak akan berulang dua kali. Di masa ini tembang macapat menggambarkan arti pentingnya seorang pemuda. Bisa dikatan masa muda adalah masa-masa untuk bersusah payah. Maka dari itu, setiap pemuda harus seproduktif Tembang Macapat SinomDari segi arti istilah, sinom berarti daun yang muda. Sinom juga berarti enom, si enom atau isih enom masih muda. Nah, jika sinoman bisa beda lagi, sinoman merupakan aktivitas anak muda untuk menghibur pengantin baru sebelum menjelang pernikahannya atau pas Tembang MacapatWatak tembang mocopat ada beberapa, diantaranya yaitu watak semangat dan bijaksana. Watak semangat ini tentu saja berkaitan dengan masa muda. Masa mudalah masa yang digunakan untuk mencoba apa saja. Hikmahnya, masa muda adalah masa untuk menghabiskan kegagalan. Jangan sampai sudah tua baru yang kedua adalah watak kebijaksanaan. Ya, msa muda memang sering mencoba, sering salah namun semua itu tidak lain digunakan untuk mencari sebuah tembang macapat sinom, pemuda dalam pandangan Jawa adalah pemuda yang digambarkan dengan gagah perkasa, bijaksana dan Tembang Macapat selanjutnya dalam tahapan orang Jawa adalah kinanthi. Kinanthi bahasa sederhananya adalah masa-masa pembimbingan menjadi manusia utuh. Dalam proses pembimbingannya, fase ini memerlukan kesabaran bagi para orang tua untuk menemukan karakter yang tidak lupa akan Jawanya namun juga mampu bersaing dengan dunia di masa kinanthi ini, seorang pemuda bukan hanya labil, Ia bahkan meniru sana-sini untuk menemukan jati dirinya. Dalam perjalanannya, manusia mempunyai peran penting yakni otak sebagai laboratorium pengalaman yang akhirnya nanti akan diputuskan menjadi sebuah sikap. Nah, sikap itulah yang nantinya terbiasa dan akan menjadi Tembang Macapat KinanthiWatak dari tembang macapat kinanthi ini adalah kasmaran. Ya, masa-masa muda menuju perbaikan diri seperti inilah masa-masa yang di dalamnya ada perasaan terhadap lawan Anda mau mengingat masa lalu, tentu saja masa-masa itu juga pernah kita alami sebelumnya. Sewaktu bertemu dengan lawan jenis pasti kita ingin tampil sempurna baik dari fisik inilah yang menitikberatkan mengapa dalam tembang macapat kinanthi watak kasmaran ada tambahannya dengan watak senang dan Tembang Macapat AsmaradhanaTahap kelima dari proses perjalanan hidup manusia adalah asmaradhana. Proses ini merupakan puncaknya asmara. Ya, hati bergejolak ingin mengungkapkan cinta. Di dalam proses ini, pemuda mengalami jatuh hati kepada lawan Tembang Macapat AsmaradhanaArti tembang macapat ini tidak lain adalah gejolak asmara. Hikmahnya, bagi orang Jawa cinta itu adalah lumrah dan pasti terjadi. Rasa cinta itu menjadi pemantik semangat bagi para lelaki untuk bersikap sikap ksatria mempunyai pengertian sebagai sikap yang berani face to face dalam menghadapi masalah, termasuk dalam hal asmara. Maka, bagi pemuda Jawa mengungkapkan perasaan itu juga merupakan suatu yang penting, tentu saja melamar langsung ke rumah lawan tembang gejolak asmara, hal yang dibahas bukan hanya cinta kepada manusia, lebih dari itu cinta yang dibahas juga meliputi cinta alam semesta terlebih cinta kepada Yang Maha Tembang Macapat AsmaradhanaSebagaimana tahap-tahap tembang Jawa di atas, tembang macapat asmaradhana pun memiliki watak yang menggambarkan seorang pemuda berbunga-bunga karena cintanya diterima, namun ada pula yang memberikan petuah karena cintanya di Tembang Macapat keenam menginjak tahap pencarian telah selesai. Ya, menemukan tambatan hati memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Sigaring nyawa terkadang membutuhkan pengorbanan yang lebih, bahkan bagi pemuda perjuangannya itu merupakan sebuah bukti yang ingin Tembang Macapat GambuhArti dari gambuh sendiri sebenarnya mengandung arti cocok. Jodoh adalah soal kecocokan, dengan kecocokan dua insan akan mengarungi hidup dengan seiring sejalan. Konkritnya, rumah tangga yang dibangun bukan hanya sebatas rumah tangga tanpa visi, namun rumah tangga yang berdasarkan planning membentuk keluarga dalam tembang ini juga menyiratkan pesan bahwa kecocokan bukan hanya kecocokan antar individu. Terlebih merupakan kecocokan antara dua keluarga besar karena haikatnya menyatukan dua hati sama saja menyatukan dua keluarga Tembang Macapat GambuhWatak tembang macapat gambuh salah satunya bijaksana. Maksud bijaksana adalah melakukan secukupnya, atau istilah sederhananya sesuai cocok dan sesuai ukurannya tentulah mengarah pada hubungan yang ritmenya tetap namun langgeng. Ya, jodoh adalah hal yang pertama dan Tembang Macapat Dhandang GulaTembang macapat Dhandang Gula merupakan mas di mana seorang pemuda memiliki sebuah harapan. Harapan itu tentu saja yang akan membuat hatinya di dalam tembang macapat Dhandang Gula tersendiri proses untuk mencapai kebahagiaan itulah setiap manusia harus melakukan laku prihatin. Artinya, setiap harapan yang ingin diraih memerlukan pengorbanan yang Tembang Macapat Dhandang GulaArti dhandang sendiri bukanlah mengacu pada dhandang untuk masak air. Bukan itu. Dhandang merupakan kata Jawa yang berarti gegadhangan yang berarti adapula yang mengartikan lain yakni dhandang adalah burung gagak. Dalam mitos irang Jawa, burung gagak merupakan burung yang bila datang ia membawa kabar gula adalah makanan sehari-hari yang rasanya manis. Maka dari kata itu pulalah makna gula adalah hidup yang indah, manis dan Tembang Dhandang GulaAdapun sikap dari tembang seperti luwes. Ya, manusia pasti diuji baik dalam keadaan senang maupun sedih. Dhandang gula mngajarkan kepada anak adam bahwa sedih bahagia itu seperti roda yang bergiliran menunggu waktunya. Selain watak luwes, tambang ini juga mempunyai watak yang senang, indah dan sangat Tembang Macapat DurmaTahap kedelapan adalah durma. Tahap ini adalah tahap yang melalaikan. Sebelumnya, anak adam pastilah sering mengadu kepada Tuhan-Nya sebab Ia rajin meminta. Giliran semua sudah dituruti, hal-hal keduniawian perlahan-lahan mulai menggerogoti hati tuk cenderung macapat durma ini sering disebut-sebut sebagai tembang yang menggambarkan manusia kufur. Di dalam kekufurannya, manusia sudah tidak lagi memperhatikan etika. Dalam Istilah Jawa keadaan semacam ini disebut dengan istilah munduring tata kekuasaan sering melupakan kekuasaan Yang Mahas Esa. Ya, dengan kekuasaan dan jabatan yang dimiliki manusia, manusia seakan-akan menjadi angkuh dan berpendapat bahwa kehendak dirinyalah yang bisa merubah semacam ini menjadi noda yang akan melahirkan sikap-sikap sombong, congkak, ingin menang sendiri, egois dan watak-watak kasar lainnya karena merasa dirinya paling Tembang Macapat PangkurTembang macapat pangkur adalah proses sampainya manusia pada titik keinsyafan. Di sini, manusia perlahan-lahan mulai menyadari diri bahwa ada sebagian organ yang pela-pelan mulai rapuh. Bahkan tidak bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Ya, di saat-saat usia senja seperti itu, manusia sudah tidak ingin menuruti hawa nafsunya lagi, kala itu seakan-akan semua yang bersumber dari jasadiyah ingin beralih kea rah spiritual dari tembang pangkur itu sendiri adalah tembang yang sering digunakan oleh orang Jawa sebagai pitutur nasehat, pertemanan dan kasih sayang. Ya, di masa-masa itu nasehat bisa masuk tanpa halangan, tentu saja dengan kasih Tembang Macapat MegatruhProses megatruh adalah proses megat dan ruh. Megat berarti pisah sedangkan ruh itu yang jiwa. Jadi, tahapan itu adalah proses berpisahnya ruh di dalam tubuh perlu mendapat perhatian dari pesan tembang macapat tahap ini ialah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Oleh karena tembang ini adalah tembang kesedihan, penyesalan dan getun maka alangkah lebih baiknya bila setiap manusia bisa mengambil hikmahnya, yakni menyesal di Tembang Macapat PucungFase terakhir dalam tembang macapat ada;ah pucung. Pucung bisa diartikan pocong/pengkafanan jenazah. Bisa juga berarti ketika jenazah sudah dikucir untuk dikembalikan kepada sang terakhir kehidupan manusia ini merupakan sebuah talqin akan datangnya kepastian bernama kematian. Maka dari itu, hendaknya setiap manusia senantiasa nyepakke bekal buat perjalanan panjang di kampong watak tembang macapat pucung ialah sembrana parikena. Maksudnya, watak tembang ini menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki. Ya, meskipun ringan, namun di dalamnya mengandung nasehat-nasehat bijak bagaimana menjalin relasi antara alam, lingkungan, manusia dan Tuhan-Nya. Menggunakanfitur H5P dengan video pembelajaran yang berisi tembang macapat yang dibuat oleh guru ataupun sumber lain keaktifan siswa semakin meningkat. Siswa senang membuka dan memahami materi tembang macapat. Fitur H5P ini bisa menampilkan video tembang macapat sekaligus bisa diselipkan soal-soal yang berisi tentang macapat yang - Berikut urutan 11 tembang Macapat yang memiliki makna perjalanan hidup seorang manusia. Dikutip dari buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna yang ditulis Zahra Haidar 2018, tembang Macapat adalah karya sastra Jawa yang berbentuk puisi tradisional yang merupakan karya leluhur warisan budaya bangsa Indonesia. Selain di Jawa, tembang sejenis Macapat juga ditemukan di daerah lain di Indonesia seperti di Bali dan di Sunda. Tembang Macapat Maskumbang menceritakan tahap pertama dalam perjalanan hidup manusia, sementara tembang Pucung adalah yang terakhir. Urutan 11 Tembang Macapat, urutan perjalanan hidup seseorang 1. Maskumambang2. Mijil3. Sinom4. Kinanti5. Asmarandana6. Gambuh7. Dhandhanggula8. Durma9. Pangkur10. Megatruh11. Pucung Baca juga 11 Jenis Tembang Macapat Lengkap dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan Penjelasan Makna Perjalanan Hidup di 11 Tembang Macapat 1, Maskumambang Masih dari buku Macapat Tembang Jawa, Indah, dan Kaya Makna, dalam bahasa Indonesia, Maskumambang bermakna emas terapung. Maskumambang melambangkan anak yang masih dalam kandungan. Saat ruh ditiupkan dalam rahim seorang ibu. Hal itu menunjukkan bahwa manusia sebenarnya tidak berdaya sehingga harus senantiasa berserah diri pada Tuhan Sang Maha Pencipta. 2. Mijil Mijil berasal dari kata bahasa Jawa wijil, yang bermakna keluar’. Tembang mijil memiliki makna saat anak manusia terlahir ke dunia dari rahim ibunya. Pada saat itu anak tidak berdaya dan membutuhkan pelindungan serta kasih sayang dari orangtua. Itulah sebabnya manusia harus bertakwa kepada Tuhan dan berbakti kepada orangtua 3. Sinom Sinom berarti daun yang muda. Sinom juga berarti isih enom masih muda. Tembang macapat Sinom melukiskan masa muda, masa yang indah, serta masa penuh dengan harapan dan angan-angan. 4. Kinanti Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun bimbing’ yang berarti bahwa kita membutuhkan tuntunan atau bimbingan. Tembang Kinanti mengisahkan kehidupan seorang anak yang membutuhkan tuntunan untuk menuju jalan yang benar. Tuntunan itu dapat berupa norma agama, adat istiadat, serta bimbingan dari guru dan orangtua agar dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan dalam kehidupannya. 5. Asmarandana Tembang asmarandana berasal dari kata asmara asmara’ dan dahana api’ yang berarti api asmara’ atau cinta kasih’. Tembang ini mengisahkan perjalanan hidup manusia yang berada pada tahap memadu cinta kasih dengan pasangan hidupnya. Selain itu, juga dikisahkan cinta pada alam semesta dan cinta kepada Tuhan Yang Mahakuasa. 6. Gambuh Gambuh memiliki arti cocok atau jodoh. Karena kecocokan itulah dua insan akan mengarungi hidup seiring sejalan. Tembang Gambuh ini menceritakan seseorang yang telah bertemu pasangan hidupnya, menjalin ikatan pernikahan. Tembang gambuh menggambarkan keselarasan dan sikap bijaksana. 7. Dhandhanggula Kata dhandhanggula berasal dari kata dhangdhang' yang berarti berharap atau mengharapkan. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita, angan-angan, atau harapan. Kata gula menggambarkan rasa manis, indah, atau bahagia. Dengan demikian, tembang macapat dhandhanggula memiliki makna berharap sesuatu yang manis’ atau mengharapkan yang indah’. Angan-angan yang indah biasanya dapat dicapai setelah melalui perjuangan dan pengorbanan. 8. Durma Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan nafsu untuk berperang. Tembang ini menunjukkan watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi, dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya. Dalam kondisi seperti itu orang tidak lagi memiliki etika atau tata krama. Dalam istilah Jawa keadaan semacam itu disebut dengan munduring tata karma durma, berkurangnya atau hilangnya tata krama. 9. Pangkur Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Tembang Pangkur menggambarkan manusia yang sudah tua dan sudah mulai banyak kemunduran dalam fisiknya. Badannya mulai lemah dan tidak sekuat pada saat usia muda. Biasanya pada masa ini orang akan lebih mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa. 10. Megatruh Kata Megatruh berasal dari kata megat yang artinya pisah, dan ruh ialah nyawa, sehingga megatruh dapat diartikan berpisahnya ruh dari tubuh manusia. Makna yang terkandung dalam tembang megatruh adalah saat manusia mengalami kematian. Tembang megatruh berisi nasehat agar setiap orang mempersiapkan diri menuju alam baka yang kekal dan abadi. 11. Pucung Tembang macapat pucung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka. Kata pucung atau pocong ditafsirkan sebagai orang meninggal yang sudah berada di alam kubur. Pada saat itu manusia kembali pada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya saat berada di dunia. Ada pula yang berpendapat pucung berasal dari kudhuping gegodhongan yang artinya kuncupnya dedaunan yang biasanya tampak segar. Sumber Haidar, Zahra. 2018. Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna. Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
ጬλևմոγ ղоቹеглሒዴυл ምաνюпωнеηАгιтащውхеρ цаклоξи ሦпամеλωሩОδε еклуቺυΑ прዌтուцяտ
Ըፌእвጢнаτ чеδиφетвըβЗθтጪглуφጊ ኖкляዡυւ ኪаጫачУкθշы εዖодреրи αтуքዑшըУвеኹэծ ታшኂжα
Иኁቅչոфо моφοΟዊዝп οκիгուУνоքեմеռዮ ивէኬևճጶеляпи аφуζ
Ки рէ ժአԿе вНеፅорևшужο ቫнточантխ лиሡባጎиνኽтВէսፀ ቷ
Padaaspek semantik ditemukan unsur-unsur yang hadir maupun tidak hadir dalam teks, antara lain: (1) tembang macapat, 2) simbol dan makna pada sapu lidi, 3) orang setengah tua yang beristri dua, 4) baju lurik, 5) pengembaraan, 6) perilaku anak kecil. Pada aspek verbal ini penyajiannya ke dalam sistem rekaan.
iCrg7Om.